Minggu, 08 April 2012

Einstein, "Imagination is more important than knowledge"


by Adhicipta R. Wirawan on Thursday, February 3, 2011 at 9:42am

Buku kuliah yang digunakan di universitas di Amrik sampe di Indonesia rata-rata sama. Apalagi dgn adanya internet membuat distribusi informasi dan pengetahuan semakin rata.

Namun, pengetahuan saja tidak cukup... Stephen Covey (Leader in Me), mengungkapkan bahwa modal utama kesuksesan adalah kualitas diri dalam kepemimpinan, komunikasi, negosiasi, kesantunan serta inovasi dalam diri si pembelajar.

Yang menyedihkan adalah saat ini hampir semua pendidikan di Indonesia lebih fokus pada pengembangan otak kiri siswa. Jangan kaget jika banyak siswa yg frustasi karena di"hajar" otak kirinya. Orang tua berlomba-lomba mengkursuskan siswanya belajar, matematika, fisika, dll. Bahkan orang tua lebih bangga jika anaknya lomba pada hal2 yg berbau eksakta... Hal ini tidak menjadi masalah selama pengembangan otak kanan tidak "dikorbankan".

Einstein pernah mengungkapkan bahwa imajinasi lebih utama daripada pengetahuan... Artinya otak kanan haruslah dilatih.. Saat ini arah pendidikan di Amrik lebih menekankan pengembangan otak kanan... Beberapa waktu lalu saya melihat di acara TV VOA bahwa pemerintah Amrik meningkatkan anggaran pendidikan untuk seni, drama, musik, dll. Tapi bagaimana dengan Indonesia???

Menghasilkan inovator adalah menciptakan seseorang yang unggul baik di otak kiri dan otak kanannya. Sehingga arah pendidikan kita harus "dirampingkan" dari muatan2 eksploitasi otak kirinya dan kembali fokus pada pengembangan otak kanan.
Di Masa depan segala sesuatu yg dikerjakan dgn otak kiri akan digantikan dgn teknologi informasi. Sehingga di masa depan manusia yang unggul di otak kanan akan survive. Jangan terkejut jika beberapa profesi yang sudah bisa diotomatisasi akan hilang... bahkan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligent) dapat melakukan pengambilan keputusan spt seorang dokter dan akuntan, apalagi pekerjaan setingkat buruh pabrik.
Semoga tulisan singkat ini bukan sekedar menjadi perenungan tetapi awal bagi kita semua untuk segera melakukan perubahan.

Note: tulisan ini berawal kesedihan dokter saya yg mengungkapkan bahwa bangsa ini sangat bergantung produksi obat dari LN... Indonesia adalah bangsa buruh bukan bangsa pencipta...

Pemerintah kita lebih suka mendatangkan investor daripada menciptakan inovator utk menjadi investor di negara lain..

Senin, 26 Maret 2012

Galeri Siswa sebagai ruang kreasi dan Apresiasi siswa SD Muhamadiyah 4 Surabaya



Sejak berdiri pada tanggal 18 januari 2007,galeri siswa SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya ,Walaupun masih banyak kekurangan dalam sarana dan prasarana,namun secara fungsi dan display galeri sudah banyak mengalami peningkatan pembenahan yang semakin baik.sesuai konsep awal pendirian galeri bertujuan untuk memberikan tempat apresiasi terhadap karya siswa,dan juga sebagai tempat beraktifitas siswa dalam berkarya seni rupa/kerajinan.
Kedua fungsi tersebut sekarang sudah menjadi realita,sehingga para siswa mulai kelas satu sampai kelas enam dapat merasakan manfaat galeri siswa,ketika pelajaran SBK maupun pada waktu ekstrakurikulair seni lukis berlangsung.Dari hasil pembelajaran di galeri siswa saat ini sudah ada hampir 500 karya seni lukis dan kerajinan yang terpajang di galeri siswa SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya.
Kenyataan diatas semakin menambah daya tarik keberadaan galeri siswa,hal ini dapat di lihat dari banyaknya peminat siswa yang mengikuti ekstra kurikulair seni lukis di galeri siswa hampir mencapai 300 siswa.Para walimuridpun sangat senang mengunjungi galeri siswa untuk melihat karya siswa.
Galeri siswa juga sebagai tempat yang menyenangkan bagi para tamu Study banding,mereka yang datang selalu kagum dan menjadikan inspirasi dalam study bandingnya.@Beki 2012

Senin, 19 Maret 2012

MEMBANGUN KREATIVITAS DENGAN MENGGAMBAR


Seorang anak kecil sedang asyik menggambar tentang binatang yang pernah dilihatnya di Taman Safari. Tidak beberapa lama sebuah gambar tercipta. Sebuah gambar yang bercitra anak-anak polos dan lugas tanpa terikat oleh pola kewajaran serta logika. Bebas begitu kira-kira kata-kata yang tepat. Bebas bukan berperilaku semaunya tetapi bebas dari bayangan nilai maupun pola yang telah biasa diterapkan secara umum dan menjadi baku dalam bentuk patokan-patokan standart. Dari kebebasan seperti inilah sebuah jiwa menjadi kreatif. Dari kebebasan semacam inilah kita memahami lukisan anak. Jadi kita tidak menilai dengan ukuran yang kita punyai, tidak menilai dengan kacamata kita, melainkan dengan kaca mata batin anak. Begitu uraian Rudy Isbandi dalam bukunya seni lukis anak.
Pada sisi yang lain seringkali kreativitas yang ditampilkan orang tua menjadi boomerang ketika seorang anak menjadi obyek saja. Wees Ipnu Savy atau kak Wees, pendongeng pernah berujar, “aktifitas yang niatnya mulia, yaitu memancing kreatifitas anak, seringkali diterjemahkan sebagai sebuah paksaan. Tanpa sadar kreatifitas yang diharapkan bisa muncul malah terbalik. Anak tak ubahnya robot kecil yang dikendalikan orang tua. Aktivitas yang dilakukannya atas selera orang tua. Sementara si anak tidak bisa menikmati aktifitasnya.
Membangun kreatifitas hendaknya disikapi sesuai dengan porsinya. Mengedepankan nilai yang benar-benar atas nama kreatifitas belaka. Bukan malah membenamkan nilai kreatifitas itu sendiri. Menciptakan anak kreatif mungkin itulah keinginan semua orang tua, tetapi kita harus sadar segala sesuatu dengan kewajaran akan menghasilkan kebahagiaan tiada tara bagi si anak .

Kamis, 23 Februari 2012

Media Alternatif untuk Melukis


Melukis merupakan kegiatan yang menyenangkan untuk anak-anak,namun ketika anak-anak dihadapkan dengan media yang sama secara teru menerus mereka akan mengalami kejenuhan, dan dalam mengekspresikan kreatifitasnya mereka akan mengalami penurunan semangat.
Dengan melihat keadaan seperti itu,seorang guru/ pembina Seni lukis harus peka,dansegera mencari alternatif lain sehingga dalam proses pembelajaranya dapat berjalan secara baik dan maksimal.
Seperti suasana yang ada di Galeri siswa SD Muhammadiyah 4 Surabaya,para siswa peserta Ekstra Kurikulair Seni lukis menggunakan media payung dalam mengekspresikan kreatifitasnya.Media ini sebagai alternatif lain dalam melukis.Dengan media alternatif ini anak anak merasa mendapatkan suasana baru yang tentunya menambah semangat mereka dalam belajar melukis,cara mengerjakanya juga dapat dilakukan dengan berkelompok,yang dapat membangun kebersamaan dal
am berkarya bagi anak-anak.
Dengan selalu berinovasi dalam media dan tehnik dalam pembelajaran seni lukis untuk anak adalah sebuah alternatif.Semoga bermanfaat.@ beki 2012