Minggu, 30 Januari 2011

Landasan Seni Islam; Keindahan, Kebaikan, dan Kebenaran



Keindahan (Al-Jaamil), Kebaikan (Al-Birr), dan Kebenaran (Al-Haqq) merupakan tiga di antara nama-nama Allah yang banyak mendasari seorang Muslim menghasilkan karya seni luar biasa, dari mulai seni lukis, tari, unarsitektural, kaligrafi, pahat, seni pertunjukan sampai seni sastra. Semua itu dihasilkan dari nilai-nilai spiritualitas berbasis ke-Ilahi-an. Jadi, secara tak langsung, bisa dikatakan bahwa seni Islam merupakan wujud dari zikirnya seorang hamba kepada Tuhannya. Di dalam seni Islam juga mencakup sebuah relasi harmonis antara hamba dengan Tuhan, hingga menjadi sebuah kesatuan integral yang tak bisa dilepaskan.

Karena itulah, seni Islam tidak bebas aturan. Seni Islam juga tidak dapat melepaskan dari nilai-nilai Ilahiyah itu. Sebab, seni Islam lahir dari sejumlah kegiatan reflektif seorang hamba atas keagungan penciptaan-Nya di muka bumi. Ketika seorang sastrawan menelurkan karya sastra dalam bentuk puisi, sajak, cerita, maupun novel, semuanya berangkat dari pengamatan dirinya atas realitas ciptaan Allah. Dan, untuk mengejawantahkan kekagumannya tersebut, seorang sastrawan kemudian membuat sebuah karya seni yang menggambarkan kerinduan spiritualnya.

Salah satu sastrawan itu adalah Muhammad Iqbal, pemikir dan pujangga Islam abad ke-20 yang terkenal dengan puisi-puisinya yang memantulkan semangat kenabian (profetik). Sajak atau puisi yang ditulis oleh Iqbal berangkat dari pengamatan dirinya terhadap kondisi realitas sekitar, sembari mengingat bahwa di balik realitas tersebut terkandung pesan-pesan Ilahi. Di Indonesia, kita juga mengenal karya-karya profetik Amir Hamzah yang memantulkan semangat ke-Ilahi-an dalam karya sastranya.

Dari seni arsitektur, kita bisa menoleh pada keindahan dan kemegahan Taj Mahal di India. Masjid Taj Mahal ini merupakan wujud dari kerinduan spiritual sang arsitek terhadap cinta, spiritualitas, dan kehadiran Tuhan dalam kehidupannya. Tak hanya Taj Mahal, banyak juga masjid-masjid zaman dahulu yang dibangun berdasarkan nilai-nilai Ilahi, sehingga menghasilkan bangunan yang indah dan mengagumkan.

Ada pula seni kaligrafi yang biasanya diambil dari ayat-ayat Al-Quran dan hadits Nabi Muhammad. Di dalam seni kaligrafi itu, kita dapat memahami betapa menginspirasinya aspek ke-Tuhan-an ketika seniman-seniman Muslim hendak membuat karyanya. Betapa aspek ke-Ilahi-an telah mempengaruhi bentuk karya seni sebagai perwujudan dari cita, rasa, dan karsa manusia yang rindu pada Tuhan-nya.

Berkesenian, bagi seorang Muslim, merupakan bagian dari ibadah. Itu adalah wujud syukur dan pujian seorang hamba atas ciptaan Tuhan-nya.

Estetika berkesenian dalam Islam adalah keterpaduan antara keindahan, dengan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. Mencipta kesenian dalam Islam adalah sebuah kegiatan dalam rangka menciptakan hubungan harmonis antar ketiganya. Berkesenian bagi seniman Muslim juga merupakan bentuk syukurnya atas karunia Tuhan-nya. Karenanya, kegiatan itu bagi mereka adalah ibadah. [Sukron Abdilah/Mizan.com]