Senin, 26 Maret 2012

Galeri Siswa sebagai ruang kreasi dan Apresiasi siswa SD Muhamadiyah 4 Surabaya



Sejak berdiri pada tanggal 18 januari 2007,galeri siswa SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya ,Walaupun masih banyak kekurangan dalam sarana dan prasarana,namun secara fungsi dan display galeri sudah banyak mengalami peningkatan pembenahan yang semakin baik.sesuai konsep awal pendirian galeri bertujuan untuk memberikan tempat apresiasi terhadap karya siswa,dan juga sebagai tempat beraktifitas siswa dalam berkarya seni rupa/kerajinan.
Kedua fungsi tersebut sekarang sudah menjadi realita,sehingga para siswa mulai kelas satu sampai kelas enam dapat merasakan manfaat galeri siswa,ketika pelajaran SBK maupun pada waktu ekstrakurikulair seni lukis berlangsung.Dari hasil pembelajaran di galeri siswa saat ini sudah ada hampir 500 karya seni lukis dan kerajinan yang terpajang di galeri siswa SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya.
Kenyataan diatas semakin menambah daya tarik keberadaan galeri siswa,hal ini dapat di lihat dari banyaknya peminat siswa yang mengikuti ekstra kurikulair seni lukis di galeri siswa hampir mencapai 300 siswa.Para walimuridpun sangat senang mengunjungi galeri siswa untuk melihat karya siswa.
Galeri siswa juga sebagai tempat yang menyenangkan bagi para tamu Study banding,mereka yang datang selalu kagum dan menjadikan inspirasi dalam study bandingnya.@Beki 2012

Senin, 19 Maret 2012

MEMBANGUN KREATIVITAS DENGAN MENGGAMBAR


Seorang anak kecil sedang asyik menggambar tentang binatang yang pernah dilihatnya di Taman Safari. Tidak beberapa lama sebuah gambar tercipta. Sebuah gambar yang bercitra anak-anak polos dan lugas tanpa terikat oleh pola kewajaran serta logika. Bebas begitu kira-kira kata-kata yang tepat. Bebas bukan berperilaku semaunya tetapi bebas dari bayangan nilai maupun pola yang telah biasa diterapkan secara umum dan menjadi baku dalam bentuk patokan-patokan standart. Dari kebebasan seperti inilah sebuah jiwa menjadi kreatif. Dari kebebasan semacam inilah kita memahami lukisan anak. Jadi kita tidak menilai dengan ukuran yang kita punyai, tidak menilai dengan kacamata kita, melainkan dengan kaca mata batin anak. Begitu uraian Rudy Isbandi dalam bukunya seni lukis anak.
Pada sisi yang lain seringkali kreativitas yang ditampilkan orang tua menjadi boomerang ketika seorang anak menjadi obyek saja. Wees Ipnu Savy atau kak Wees, pendongeng pernah berujar, “aktifitas yang niatnya mulia, yaitu memancing kreatifitas anak, seringkali diterjemahkan sebagai sebuah paksaan. Tanpa sadar kreatifitas yang diharapkan bisa muncul malah terbalik. Anak tak ubahnya robot kecil yang dikendalikan orang tua. Aktivitas yang dilakukannya atas selera orang tua. Sementara si anak tidak bisa menikmati aktifitasnya.
Membangun kreatifitas hendaknya disikapi sesuai dengan porsinya. Mengedepankan nilai yang benar-benar atas nama kreatifitas belaka. Bukan malah membenamkan nilai kreatifitas itu sendiri. Menciptakan anak kreatif mungkin itulah keinginan semua orang tua, tetapi kita harus sadar segala sesuatu dengan kewajaran akan menghasilkan kebahagiaan tiada tara bagi si anak .